Senin, 25 April 2022

Pengalaman berkaitan dengan objek Seni


Seni merupakan suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.


Salah satu objek seni yang saya ingin teliti adalah film pintu terlarang. film ini adalah Karya surtadara Joko Anwar yang bergenre horror thriller psikologi yang saya suka.

 

Film ini bercerita tentang hidup seorang pematung yang sukses bernama Gambir (Fachri Albar) mulai berantakan setelah dia mulai menerima pesan-pesan misterius dari seseorang yang meminta pertolongannya.

Dari sebuah tayangan TV illegal yang menempatkan kamera tersembunyi di rumah-rumah orang, dia mengetahui bahwa yang mencoba menghubunginya adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang disekap dan disiksa oleh dua orang misterius.


Saat Gambir berusaha untuk mencari tahu di mana anak itu, dia curiga kalau istrinya yang bernama Talyda (Marsha Timothy) mungkin ada hubungannya dengan misteri yang sedang dia coba pecahkan. Tak lama kemudian, Gambir harus memilih, apakah menyelamatkan anak kecil itu atau kehilangan semua milik dan hidupnya.


Akhirnya Fachri pun mencari tahu siapa dan dimana anak kecil itu untuk diselamatkannya. Tapi, semua teka-teki membawanya ke sebuah pintu rahasia di dalam rumahnya sendiri, yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya, yang mungkin merupakan jawaban dari semua misteri.


Film ini membuat saya harus menontonnya dua kali karena alur cerita yang cukup susah dimengerti. Tetapi saya sangat suka dengan film yang menyuguhkan cerita misteri seperti ini karena seakan- akan saya dibawa untuk menyelesaikan misteri yang ada di film ini. Sangat menarik karena plot twist film ini membuat penontonnya semakin tercengang dengan endingnya.

State of Art Kajian Teori Semoitika pada film Midsommar

 

Film adalah sebuah karya seni yang yang menjadi bagian dari masyarakat selain menjadi media hiburan juga sebagai sarana untuk menggambarkan keadaan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat. Menurut Wibowo (dalam Rizal, 2014) film adalah suatu alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak umum melalui media cerita, dan juga dapat diartikan sebagai media ekspresi artistik bagi para seniman dan insan perfilman untuk mengungkapkan gagasan dan ide cerita yang dimilikinya.

Pada tahun 2019 terdapat film yang sempat menggemparkan masyarakat karena adegan kekerasannya. Film itu berjudul Midsommar. Midsommar adalah film horror gore yang disutradai oleh Ari Aster, sutradara yang juga membuat film legendaris Hereditary. Midsommar bercerita tentang pasangan yang sudah mengalami hubungan yang di ujung tanduk, lalu mereka memutuskan berlibur ke Swedia untuk mencari jalan tengah dalam hubungan mereka. Di sana mereka bertemu dengan sekelompok orang yang sedang melakukan ritual dalam sekte aneh.

Ferdinand de Saussure dalam Course in General Linguistic mendefinisikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotika juga tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, tanda yang berhubungan secara keseluruhan.

Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Dalam film Midsommar mempunyai keunikan yaitu ketika film bergenre horor biasanya menampilkan adegan-adegan horor yang biasanya identik dengan suasana gelap atau berlatar pada malam hari, tetapi Midsommar menghadirkan suasana horor yang ada di siang hari. Film ini juga terdapat unsur-  unsur sekte atau kebudayaan berbeda yang sangat menarik untuk diteliti. Film bergenre horor sangatlah populer dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, namun jika dilihat sekarang industri film horor jarang menawarkan sesuatu yang baru yang menarik perhatian penonton khususnya di Indonesia. Alur cerita yang sudah-sudah dan titik jual utama sebuah film horor buatan Indonesia yang jarang terfokus pada simbol film horor namun pada objektifitas tubuh wanita membuat genre horor pada umumnya di pandang sebelah mata, dan timbul rasa kekecewaan dan jenuh dari penonton dan penikmat genre horor. Diharapkan Midsommar dapat membawa angin segar kepada genre horor dan memuaskan para penggemar genre horor dengan keunikan dalam film tersebut. Terlepas dari banyaknya kontroversi yang menyangkut film Midsommar ini, film ini sangatlah menarik untuk diteliti teori semiotikanya lebih dalam.

Kajian ini menggunakan pendekatanjenis kuantitatif dan juga metode analisis isi. Melalui metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil temuan bahwa pada film Midsommar terdapat berbagai bentuk paganisme yang muncul. Kemunculan paganisme dalam film tersebut memiliki jumlah frekuensi masing-masing. Diantaranya adalah ada bentuk paganisme pada sebuah adegan (scene), dialog yang diucapkan tokoh dalam film, serta simbol-simbol yang muncul selama film berlangsung. Penelitian ini tidak untuk mencari dominasi frekuensi paganisme, melainkan memecahkan dan mengerucutkan bahwa dalam film tersebut terdapat bentuk-bentuk paganisme yang beragam serta jumlah frekuensi kemunculannya. Dari pembahasan di atas maka film Midsommar memuat unsur paganisme, yakni:

a. Simbol Pada kategori simbol terdapat 75 kemunculan simbol paganisme. Perincian simbol tersebut yakni simbol  Norse Runes (Elder Futhark) muncul sebanyak 16 jenis dengan total kemunculan 33 kali muncul, Norse Runes (Elder Futhark) Reversed muncul sebanyak 6 jenis dengan total kemunculan 16 kali muncul, dan simbol paganisme muncul sebanyak 8 jenis dengan total kemunculan 26 kali muncul.

b. Adegan Pada kategori adegan terdapat 50 kemunculan adegan paganisme. Perincian simbol tersebut yakni adegan ritual muncul sebanyak 3 jenis dengan total kemunculan 4 kali muncul, pakaian muncul sebanyak 2 jenis dengan total kemunculan 31 kali muncul, dan perhiasan muncul sebanyak 1 jenis dengan total kemunculan 15 kali muncul 

c. Dialog Pada kategori dialog terdapat 15 kemunculan dialog paganisme. Perincian dialog tersebut yakni doa muncul sebanyak 4 jenis dengan total kemunculan sebanyak 9 kali muncul dan pada dialog yang menjelaskan terkait paganisme muncul sebanyak 6 kali.

Minggu, 10 April 2022

Objek Kajian Semiotika “Film Midsommar" (Film Karya Ari Aster)

Pendahuluan

Film adalah karya seni yang berfungsi sebagai media komunikasi secara audio visual untuk menyampaikan pesan kepada penontonnya. Pesan- pesan dalam film menggonakan simbol dan tanda- tanda yang bisa dipelajari dalam teori semiotika. Proses komunikasi dalam film menggunakan dua cara. Audio dan visual.

Film yang dibahas teori semiotikanya kali ini adalah film Midsommar. Film ini bergenre horor gore yang disutradai oleh Ari Aster. Film ini berasal dari Amerika Serikat tetapi menggunakan negara Swedia sebagai latar film ini. Film ini dibintangi oleh Florence Pugh, Jack Reynor, William Jackson Harper, Vilhelm Blomgren, dan Will Poulter. Film ini bercerita tentang teman-teman yang menghadiri festival ritual di Swedia yang diadakan setiap sembilan puluh tahun, tetapi mereka terjebak di antara para pemuja paganisme.

Isi

Film ini bercerita tentang sepasang kekasih Dani Ardor dan Christian Hughes yang hubungannya sudah hambar dan nyaris berpisah. Tetapi mereka tetap bertahan karena Christian tetap ingin menemani Dani yang masih mengalami trauma akibat meninggalnya kedua orangtua dan adiknya yang disebabkan oleh keracunan asap di rumahnya. Kejadian ini diakibatkan oleh adik Dani yang mengalami penyakit bipolar dan membunuh kedua orang tuanya sendiri. Keadaan Dani yang sebelumnya mengalami gangguan kecemasan semakin parah akibat kejadian ini. Ditambah hubungan cintanya dengan Christian yang mana Christian sudah terlihat tidak mau melanjutkan hubungan ini. Di isisi lain Cristian dan teman-temannya berencana pergi ke swedia untuk mengerjakan tesisnya, Cristian mengajak Dani untuk ikut, tetapi mereka malah terjebak dalam suatu sekte yang mengerikan yang menyebabkan kematian dari teman-teman Dani bahkan Cristian. 

 

 

 

 

 

Tanda- tanda dalam film Midsommar yang bisa dipelajari dengan teori Semiotika

 

1.    Kekerasan Rumah Tangga Scene ke 2 di Rumah Terri

 

Gambar 4.2

1. Signifier (Penanda), Yang menjadi penanda pada scene pilihan ini ada pada timeline 00:02:55 dengan sudut pandang Medium Close up (MCU) email dari Terri Ardor yang berbunyi “ Dear dani, I cant anymore –everything’s black, mom and dad are coming too. Goodbye”

Gambar 4.3

 

2. Signified (Petanda), Yang menjadi Petanda pada scene pilihan ini adalah dialog dari Cristian saat bertelepon dengan Dani yang berunyi “ dia sebelumnya pernah melakukan itu dani, karena kau membiarkannya.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.4

 

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif). Yang menjadi tanda denotative adalah Terlihat mayat kedua orantua dani yang sedang di evakuasi


 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.5

4. Conotative Signifier (Penanda Konotatif).

Dari email yang dikirimkan terri kepada dany “ Dear dani, I cant anymore –everything’s black, mom and dad are coming too. Goodbye”

Dari kata “Goodbye” biasa diartikan sebagai kata perpisahan, selamat tinggal, selamat jalan.

Gambar 4.6

 

5.Conotative Signified (Petanda Konotatif).

Maksud kata “goodbye” yang dikirimkan terri adalah pesan terakhir terri kepada dani atas kematian dirinya dan kedua orangtuanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Text Box: 6.  Conotative Sign (Tanda Konotatif)
Yang menjadi tanda konotatif adalah terlihat pemadam kebakaran yang mencoba menyelamatkan terri dan kedua orang tuanya dari


 



Text Box: racun asap yang dibuat oleh terri

 

Dari penyajian data diatas yang sudah di klasifikasikan oleh peneliti sebagai kekerasan rumah tangga yang dianalasis dengan 6 penanda semiotika model Roland Barthes di representasikan sebagai berikut:

Terri seorang anak remaja yang mingidap bipolar akut seringkali meneror kakaknya yang bernama Dani, hingga Dani mengalami gangguan kecemasan, dan pada suatu malam terri mengirim email kepada dani di tengah malam yang berisikan pesan yang tidak jelas maksudnya, hingga akhirnya dani mengirim pesan melalui telepon kepada kedua orang tuanya untuk memastikan apa yang terjadi, namun selang beberapa menit dani mendapat telepon bahwasanya adik dan kedua orang tuanya telah meninggal akibat terkena racun asap yang disebarkan oleh terri sendiri, terlihat proses evakuasi mayat oleh tim pemadam kebakaran.

1.  Ritual Bunuh diri

Scene 15 di Rumah Pelle, Scene 16 di Meja Makan,

Scene 19 di Bukit Tinggi

a.    Attestupa

Gambar 4.9

1. Signifier (Penanda), dialog dari pelle yang mengatakan “ Baik,Tidurlah. Besok hari besar”

Gambar 4.10

2. Signified (Petanda), dialog pelle yang mengatakan “ Attestupa”

Gambar 4.11

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif). Terlihat sepasang kakek- nenek yang sedang bersiap untuk ritual dan membaca mantra.

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.12

4. Conotative Signifier (Penanda Konotatif). Terlihat sepasang kakek nenek berdiri diatas tebing tinggi dan menghadap ke langit

Gambar 4.13 5.Conotative                                    Signified (Petanda Konotatif).

Sepasang kakek nenek yang meninggal     dengan    keadaan


 

tubuh hancur karena jatuh dari

tebing tinggi

 

 

 

Gambar 4.14

6.Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Sepasang kakek nenek yang mengikuti ritual attetupa untuk mengakhiri hidupnya, tubuh keduanya hancur menghantam bebatuan di dalamnya dan setelah itu mereka di kremasi.

 

Dari penyajian data diatas yang sudah di klasifikasikan oleh peneliti sebagai Ritual Bunuh diri, ada dua jenis ritual yaitu Attestupa dan Ritual persembahan kepada dewa yang, kedua ritual ini dianggap memadai untuk dianalasis dengan 6 penanda semiotika model Roland Barthes di representasikan sebagai berikut:

Sehari setelah kedatangan Christian dan teman-temannya di suku harga, dimalam hari pelle sebagai penduduk asli suku harga mengingatkan untuk segera beristirahat karena esok hari adalah hari besar yaitu attestupa. Attestupa merupakan ritual yang di peruntukkan untuk diikuti oleh orang tua yang berumur di atas 70 tahun, pada film ini dijelaskan pada umur 72 tahun, mereka yang berumur diatas 72 atau lansia yang sudah tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di haruskan untuk mengikuti ritual ini. Ritual attestupa dilakukan dengan cara menjatuhkan diri dari atas tebing tinggi, terlihat sepasang kakek nenek yang menjadi pelaku ritual menjatuhkan diri dari tebing tinggi hingga tubuhnya hancur berkeping-keping.

b.   Ritual persembahan kepada dewa Scene 45 di Halaman

Gambar 4.15

1. Signifier (Penanda), berkumpulnya suku harga untuk melangsungkan ritual persembahan

Gambar 4.16

2. Signified (Petanda), dialog dari duku siv yang mengatakan “ kita hari ini akan

menyerahkan sembilan nyawa manusia”

Gambar 4.17

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif). Terpilihnya Christian sebagai salah satu nyawa yang dipersembahkan.

 

 

 


 

 

Gambar 4.18

4. Conotative Signifier (Penanda Konotatif). Terlihat Christian yang dipakaikan baju beruang untuk persembahan

Gambar 4.19

5.        Conotative        Signified (Petanda Konotatif).

Terlihat 9 nyawa yang akan di pesembahkan     kepada                           dewa

siap     untuk    dibakar     dalam keadaan hidup.

 

Gambar 4.20

Gambar 4.21

6.Conotative Sign (Tanda Konotatif) terlihat kuil yang berwarna kuning terbakar dengan asap mengepul diatasnya, proses pembakaran persembahan sedang berlangsung.

Yang kedua yaitu ritual persembahan kepada dewa, di hari terakhir festival midsommar ditutup dengan sebuah ritual persembahan kepada dewa, yang mempersembahkan 9 nyawa dengan cara dengan suka rela dan membiarkan dirinya terbakar di dalam kuil untuk persembahan kepada dewa.

 

 

 

 


2.Kekerasan Seksual

Gambar 4.22

1. Signifier (Penanda), Terlihat maja seorang gadis perempuan yang menaruh jimat pemikat di

bawah tempat tidur Chritian

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.23

2. Signified (Petanda), terlihat dukun siv yang bertanya mengenai perasaanya kepada

maja

Gambar 4.24

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif).   Terlihat dari Dialog Siv yang mengatakan “ kau disetujui untuk kawin dengannya”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

Gambar 4.25

4. Conotative Signifier (Penanda Konotatif). Dialog dari inge

“itu      untuk      menghancurkan pertahananmu”

 

 

 

 

 

Gambar 4.26

5. Conotative Signified (Petanda Konotatif).

Terlihat Christian sedang berhubungan badan dengan maja dengan paksaan para wanita suku harga.

Gambar 4.27

6.Conotative Sign (Tanda Konotatif) Terlihat Cristian yang dari awal menolak untuk berhubungan badan pada akhirnya terpaksa

melakukannya karena terpengaruh dari minuman yang diberikan oleh inge.

 

Dari penyajian data diatas yang sudah di klasifikasikan oleh peneliti sebagai Kekerasan seksual, kekerasan seksual ini dianggap memadai untuk dianalasis dengan 6 penanda semiotika model Roland Barthes di representasikan sebagai berikut:

 


Kekerasan seksual pada film ini dimulai pada saat maja, seorang gadis remaja yang sudah dianggap memenuhi syarat untuk berketurunan dan memilih Christian untuk mengawininya, usaha maja untuk memikat Christian yaitu dengan meletakkan jimat pemikat dibawah tempat tidur Christian sampai memasukkan bulu kemaluan dan mencampurkan darah haid di makanan dan minuman Christian. Tentu saja Christian yang dating bersama dany menolak tetapi proses perkawinan maja dan Christian ini bagian dari ritual, maja mendapat bantuan dari berbagai pihak untuk keberhasilannya. Kesadaran diri Christian pelan-pelan dihancurkan seperti saat inge memberikan minuman yang berisikan obat perangsang, hingga akhirnya Christian terluluhkan dan berhasil dikawinkan dengan maja, dan ketika Christian sudah akan berhenti seseorang nenek tua tetap memaksakan untuk Christian agar tetap melanjutkan aktivitasnya dengan cara mendorongnya dari belakang, melihat dari tindakkan itu semua peneliti menyimpulkan bahwa itu merupakan tindakan kekerasan seksual ditambah hal tersebut bukan murni keinginan dari Christian sendiri. Proses perkawinan maja dan Christian bertujuan untuk mendapat keturunan dari luar suku harga.

 

 

 

 

 


3.    Pembunuhan

 

Gambar 4.28

 

1. Signifier (Penanda), Terlihat dialog dari dani yang menanyakan connie.

“Ada yang tahu dimana Connie?”

 

 

 

 

 

Gambar 4.29

 

2. Signified (Petanda), terlihat seorang di sebelah mark menyahuti obrolan. “Maaf, tapi aku tahu yang terjadi, Pacarnya menelepon dari telepon umum di stasiun kereta dan menenangkan Connie, lalu dia minta maaf , dan aku

mengantarkannya

Gambar 4.30

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif). Terlihat dari dialog Dany “Mengapa simon pergi tanpa dia (Connie)?”

 

 

 

 

 

 

54


 

Gambar 4.31

4. Conotative Signifier (Penanda Konotatif).

Terlihat Christian menemukan Simmon yang sudah menjadi mayat tergantung di kandang ayam pada siang hari.

 

Gambar 4.32

5. Conotative Signified (Petanda Konotatif).

Mayat simmon tergantung dengan mengenaskan, tulang- tulangnya ditarik dan mencuat keluar.

Gambar 4.33

6.Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Simmon yang sudah lama menghilang ditemukan di kandang ayam dengan kondisi yang mengenaskan, diduga mengalami kekerasan sampai timbul pembunuhan karena terdapat bukti fisik yang kuat bahwa kematiannya karna mengalami kekerasan atau

dibunuh.

 


Dari penyajian data diatas yang sudah di klasifikasikan oleh peneliti sebagai kekarasan dalam tindak pembunuhan, tindak pembunuhan pada scene ini dianggap memadai untuk dianalasis dengan 6 penanda semiotika model Roland Barthes di representasikan sebagai berikut:

Dimulai dari petanda dani yang menanyakan keberadaan connie kepada teman-temannya, connie tidak terlihat sejak beberapa hari yang lalu ketika dia ditinggalkan oleh simmon pacarnya yang tidak diketahui alasannya kenapa dia pergi dan meninggalkan connie, hingga simon ditemukan oleh Christian sudah dalam keadaan menjadi mayat dan tergantung secara mengenaskan di dalam kandang ayam, peneliti berpraduga karna sikap simmon yang menentang keras berlangsungnya ritual attestupa lah yang menjadi penyebabnya.

 

Kesimpulan

Berlandaskan fokus peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka bisa disimpulkan hasil dari penelitian tentang Representase kekerasan dalam film midsommar berdasarkan Analisis Semiotika Roland Barthes yang menjelaskan signifikasi enam tahap, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Film Midsommar merupakan film horror yang unik karna yang ditampilkan bukan lagi adegan arwah gentayangan tetapi lebih menampilkan adegan kekerasan yang ekstream seperti yang berhasil peneliti representasikan menggunakan 6 model tahapan semiotika Roland Barthes sebagai berikut:

1.    Representasi seorang anak perempuan yang mengidap bipolar akut yang melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga dengan Cara bunuh diri dan mengikut sertakan kedua orang tuanya.

2.      Representasi Ritual Bunuh diri, ritual Attestupa, sepasang kakek nenek yang melakukan tindak pembunuhan dengan dalih ritual persembahan dengan Cara yang ekstream dan diluar nalar dan representasi terlaksanakannya ritual persembahan 9 nyawa kepada dewa

3.    Representasi kekerasan seksual terhadap Christian yang dipaksa untuk mengawini maja.

4.   Representasi tindak pembunuhan terhadap simon yang tidak diketahui pasti penyebabnya, simon ditemukan dalam keadaan           sudah   menjadi mayat secara mengenaskan di kandang ayam.


Sumber: chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/viewer.html?pdfurl=https%3A%2F%2Felibrary.unikom.ac.id%2Fid%2Feprint%2F4902%2F8%2FUNIKOM_41816103_Fazri%2520Fauzan%2520Ahlan_BAB%2520II.pdf&clen=738846&chunk=true&pdffilename=UNIKOM_41816103_Fazri%20Fauzan%20Ahlan_BAB%20II.pdf