Ilustrasi berarti bagaimana seseorang mampu menterjemahkan sebuah konsep atau ide yang bersifat abstraks ke dalam bentuk visual (Maharsi, 2016: 17). Ilustrasi seiring berkembangnya zaman tidak hanya untuk poster atau iklan saja. Tetapi ilustrasi juga merambah pada komik. Komik yang diterbitkan oleh Marvel yang berjudul Moon Knight yang dirilis pada tahun 2017 sangat menarik untuk dikaji karena komik ini dibuat berbeda dari komik terbitan marvel yang lainnya. Moon Night adalah komik yang diterbitkan limited edition oleh Marvel. Kualitas dari komik ini memiliki grafis yang menarik. Bahkan setiap karakter yang dibuat, mulai dari karakter utama atau karakter sampingan memiliki visual yang didesain dengan ilustrasi yang apik. Dalam panel Kualitas yang dihasilkan komik ini lantas bukan berarti kurang dari komik biasanya. Perbedaan dalam komik ini dengan komik Marvel yang lain juga ada terdapat pada tulisannya. Dalam tulisannya, dialog antar tokoh ditulis dengan permainan kata. Greg Smallwood memberikan ciri khas visual yang berbeda pada penceritaan dan penulisan komik Moon Night ini. Sebagai sebuah komik atau novel grafis, Moon Knight (2017) memberikan cerita yang menarik. Melalui setiap karakter sampingan yang digambarkan memiliki peran dalam menambahkan makna baik kepada karakter utama maupun jalan cerita. Transisi antara satu cerita dengan yang lain dibawakan dengan permainan desain layout panel pada tiap halaman. Dialog ditulis dengan permainan kata, di beberapa panel juga terdapat penggunaan efek ilustrasi kata atau onomatope yang beragam. Karena komik merupakan cerita bergambar, sehingga visual merupakan fitur utama yang digunakan dalam bercerita atau pengekspresiannya. Dalam hal ini Moon Knight (2017) mengeksekusi hal tersebut dengan sangat baik. Visual yang ditampilkan komik dalam ilustrasi, dapat dikatakan menjadi salah satu kelebihan yang muncul pada komik. Dengan mengolah desain dan ilustrasi yang konsisten pada tiap halaman komik, kualitas gaya visual dari awal volume hingga akhir buku mengalami peningkatan. Teknik ilustrasi yang digunakan berupa digital dimana komik terbitan marvel biasanya masih banyak melalui proses manual yang tradisional. Diikuti penggunaan teknik ink yang bersifat seperti goresan pensil lengkap dengan efek brush yang memberikan tekstur kepada gambar. Kajian literatur ini diteliti agar peneliti mampu menjadi pengembangan pengetahuan mengenai visual ilustrasi dan perancangan terkait aspek visual gaya ilustrasi pada komik. Untuk institusi juga bisa menjadi sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian berikutnya kaitannya dengan kajian gaya ilustrasi terutama pada sampul komik. Bagi masyarakat awam, kajian literatur tentang komik Moon Night ini memberikan wawasan terkait komik untuk memperkenalkan sekaligus memberikan pengetahuan tentang selera dalam hal bacaan cerita bergambar.
Sumber: http://digilib.isi.ac.id/9109/
Media pembelajaran di era informasi sekarang ini sudah sangat mudah. Dengan berkembangnya teknologi, manusia tidak perlu pergi jauh untuk mempelajari suatu hal. Sekarang sekolah dan universitas juga semakin mudah menyampaikan ilmu yang diajarkan. Menurut Seels dan Richey dalam (Arsyad 2015:31–34) media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu, 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio visual, 3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan teknologi komputer.
Media pembelajaran grafis dapat juga disebut dengan media pembelajaran dua dimensi. Media pembelajaran grafis adalah alat untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi yang didapat melalui indra penglihatan atau pendengaran, kemudian disajikan kembali secara grafis. Menurut (Purwani, Fridani, dan Fahrurrozi 2019:59) Media grafis (media visual) sebagai media pembelajaran, dirancang untuk mengomunikasikan fakta-fakta, gagasan-gagasan, pesan-pesan secara jelas dan kuat. Walaupun media grafis termasuk bagian dari media visual, bukan berarti semua media visual merupakan media grafis. Media pembelajaran grafis terdiri dari 19 jenis yaitu: gambar/ilustrasi/lukisan, komik, karikatur, kaligrafi, foto, bagan/diagram, grafik, poster, tabel, peta, peta pikiran (mind map), infografik, flash card (kartu kilas), slide, strip story, storyboard, papan flanel, papan buletin (mading), dan lembar kerja (work sheet).Fungsi media pembelajaran grafis ini adalah untuk alat bantumengajar yang agar siswa cepat menangkap ilmu yang disampaikan. Untuk itu kajian literatur ini dibuat untuk mengetahui bahwa media grafis mengolah gagasan melalui simbol/lambang (huruf atau angka); membuat penyajian informasi lebih menarik perhatian; membantu memperjelas ide; mengilustrasikan atau menghiasi informasi; memperlancar pemahaman; mempermudah pikiran untuk mengingat informasi; dan menumbuhkan minat untuk mengetahui informasi.
Sumber: http://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpb/article/view/527/321
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33). Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk.
Kemasan pada produk bisa menjadi 2 fungsi yaitu sebagai pelindung produk dan juga sebagai media promosi. Maka dari itu, kemasan juga diperhitungkan desainnya. Dari logo hingga tampilan keseluruhan kemasannya. Setelah dianalisa, kemasan pada beras Ecoko Green Project ini difokuskan pada dua ilustrasi kemasan beras Ecoko Green Project karya Oka Astawa yang bertema “Save Petani”, dimana dua karya tersebut berjudul “Darurat Agraria dan “Petani Tercekik”. Karya-karya yang sudah ditentukan sebagai data penelitian, teridentifikasi sebagai karya ilustrasi pada kemasan beras Ecoko Green Project. Pada pembahasan ini penulis menggunakan landasan semiotika Peirce yang menggolongkan tanda menjadi ikon, indeks dan simbol. Kris Budiman (2011: 20-22) menjelaskan ikon, indeks dan simbol sebagai berikut, (1) Ikon merupakan tanda yang mengandung kemiripan visual dengan obyek yang diwakilinya. (2) Indeks, merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. (3) Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda makna komunikasi visual dalam karya ilustrasi pada kemasan beras Ecoko Green Project merupakan sebuah bentuk keprihatinan Oka Astawa terhadap petani dan lahan pertanian di Bali yang mana kian hari kian menyempit karena sawah telah beralih fungsi menjadi gudunggedung dan jalanan yang dipadati kendaraan yang mengakibatkan polusi. Adapun kedua karya ilustrasi pada kemasan beras Ecoko Green Project tersebut berdasarkan teori Charles Sanders Peirce terdapat tanda berupa Ikon, Indeks, Simbol yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kemasan beras Ecoko Green Project memiliki dua desain. Yaitu “Darurat Agraria” yang berupa gamber ikon petani menggunakan topi caping yang bertuliskan “Darurat Agraria” lalu tangan satunya memegang seikat padi. Tubuh atau pakaian dari petani tersebut digambarkan dengan gedung industri yang padat serta kendaraan yang mengakibatkan polusi pada ilustrasi kemasan beras yang pertama. Makna dari ilustrasi ini dapat berartisebagai indeks karena adanya hubungan sebab-akibat dimana petani tersebut juga secara tidak langsung mewakili sawah sebagai lahan pertanian yang mana saat ini sawah di Bali telah beralih fungsi menjadi gedung-gedung yang padat serta jalanan denga kendaraannya yang menyebabkan polusi, dimana pada akhirnya menyebabkan darurat agraria. Pada ilustrasi yang kedua yang berjudul “Petani tercekik” terdapat Serta manusia memakai caping (topi petani) sedang memikul dolar dan padi. Yang mana bobot dolar lebih berat daripada padi. Ilustrasi ini memiliki makna adanya hubungan sebab-akibat yaitu harga dolar dan padi tidak berimbang dimana digambarkan dolar lebih berat dari padi, sehingga banyak petani terpaksa menjual lahan sawahnya karena dolar lebih unggul serta berkuasa. Oleh sebab itu keadaan ini juga mengakibatkan petani tercekik yang digambarkan dasi berbentuk ular yang melilit di leher petani tersebut.
Sumber: https://e-journal.umaha.ac.id/index.php/deskovi/article/view/720/656
Dunia fahion adalah dunia yang cukup berpengaruh di dunia. Terutama di bidang clothing. Hal tersebut bisa dilihat dari setiap saat fashion menjadi bidang yang cukup trending di sosial media maupun di dunia nyata. Clothing menjadi salah satu ikon fashion yang sangat ramai dibicarakan khususnya di kota Denpasar, Bali. Event clothing di Bali sangat sering diadakan setiap tahunnya. Brand lokal juga tidak kalah bersaing dengan clothing internasional. Baik segi bahan maupun dari segi desain. Bali menjadi kota untuk para desainer lokal memamerkan karyanya di industri keratif. Tak jarang konsep pada koleksi clothing desainer lokal mengusung tema identitas budaya lokal agar tetap menjaga budaya Indonesia. Salah satu produk yang menjaga identitas lokal di Indonesia adalah prduk T-Shirt milik Bali Agung yang mendapat apresiasi baik dari masyarakat saat PKB (Pesta Kesenian Bali) sejak tahun 2012 lalu. Dari berbagai style ilustrasi yang ditampilkan, ada salah satu desain yang menarik perhatian penulis, yaitu t-shirt dengan ilustrasidewi Durga menggunakan teknik sablon discharge sederhana sebagai sentuhan akhir yang tertuang pada t-shirt agar memiliki nilai jual lebih. Thomas Aquinas (1225-1274), menyatakan bahwa keindahan sebagai ‘id qoud visum placet’ atau sesuatu itu dikatakan indah bila mana menyenangkan mata sang pengamat. Itulah mengapa Bali Agung tidak melupakan nilai estetika desain dari pakaian yang mereka produksi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, teknik sablon discharge sederhana terbentuk melalui proses kreatif dari pembuatan ilustrasi Dewi Durgadengan teknik gambar tangan (hand drawing) danpenyelesaian teknik dusselar(teknik menggambar dengan menggosok sehingga memimbulkan kesan gelap terang atau tebal tipis) sebagai finishingnya, sehingga membuat bentuk gambar terlihat realis berdimensi. Dimana ilustrasi durga tersebut tersusun melalui garis, bentuk, bidang dan wilayah yang dinamis serta terdapat sifat baik (estetik) melalui kerumitan (complexity) yang kaya akan isi maupun unsur yang saling berlawanan ataupun mengandung perbedaan halus. Kompleksitas dan unsur keseimbangan tersebut pada akhirnya akan bisamemberikan kesan serta membuat ciri khas pada karya itu sendiri.
Sumber: https://jurnal.instiki.ac.id/index.php/jurnalbahasarupa/article/view/263/80
Pada tahun 1800-an, Naskah-naskah asli Indonesia pada periode itu telah tertulis dalam bahasa Nusantara yang memiliki keunikan- kenunikan tersendiri yang ada pada gaya visualnya. Naskah alam bahasa Nusantara mempunyai beberapa keunikan tersendiri dalam gaya visualnya. Naskah dengan bahasa Nusantara ada beberapa yang beraksara Palawa, Kawi, Bahsa Sunda, bahasa Jawa hingga melayu dan arab. Semua naskah ini dibantu dengan elemen estetis yang berupa iluminasi dan karakter visual yang ada pada naskah tersebut. Menurut Faturrahman (2015:4) Naskah merupakan cerminan sejarah masa lalu, dan sejarah adalah separuh dari kehidupan setiap bangsa, sejarah pula yang melegitimasi kita sebagai sebuah bangsa yang besar dan patut dibanggakan. Naskah Indonesiaditelitis dengan esteti tersusun dari wujud karakter visual dan teks serta warna. Asas dan prinsip yang ada di naskah Indonesia telah memenuhi asas bentuk logika yang mencakup kesatuan, tema, variasi berdasarkan tema, keseimbangan, evolusi dan juga tata genjang. Naskah Indonesia memiliki unsur atau elemen dasar yang berupa wujud wayang, figur hewan dan ikon simbolik lainnya. Penggunaan warnanya tidak medominasi secara khusus baik untuk latar maupu ilustrasi utamanya. Sistem huruf yang digunakan Unsur atau elemen dasar yang terdapat dalam naskah Indonesia meliputi wujud wayang, figur hewan, dan ikon simbolik lain. Penggunaan warna tidak didominasi warna khusus, baik sebagai latar maupaun ilustrasi utama. Penggunaan sistem huruf yang bervariatif membuat keseragaman dan kesatuan secara menyeluruh, dan garis-garis yang digoreskan dipakai menggunakan stilasi ornamen bergaya Jawa, Batak, Bugis dan beberapa daerah lainnya yang mempunyai ciri khas tertentu. Visual yang ada membuat keutuhan dan harmonisasi dengan isi teks yang terdapat pada buku Indonesian Manuscript in Great Britain. Beberapa aplikasi karakter visual dalam media yang diterapkan sangat bervariatif, seperti terdapat pada lembaran kertas, kayu atau papan. Teknik penyelesaian yang bercampur antara penggunaan pensil dan cat air juga menjadi variasi perkembangan visualisasi pada naskah. Penelitian ini berusaha mengungkap karakter visual yang muncul dalam naskah Indonesia yang terdapat dalam buku The Indonesian Manuscript in Great Britain secara wujud formalistik dan dikaji melalui asas-asas estetis. Kecintaan terhadap budaya dan demi melestarikan artefak asli milik Indonesia disarankan untuk selalu dibangun dan dilakukan. Untuk penelitian berikutnya disarankan dapat mengkaji makna-makna simbolik dari ikon-ikon yang tercipta dalam naskah Indonesia yang secara rapi dan terstruktur didokumentasi pada perpustakaan di luar negeri. Harapannya penelitian ini dapat membuka wawasan dan peluang untuk menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah Indonesia.
Sumber: https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Jurnal_Desain/article/view/978/1068